Kejujuran

JUJUR PADA ALLAH

Oleh : Dr. Zulheldi Hamzah, M.Ag.

Seringkali kita sangat sedih, karena merasa bahwa Allah semakin menjauhi kita. Banyak persoalan dan beban hidup yang harus ditanggung sendiri. Allah seakan-akan tidak peduli lagi dengan semua itu. Dia membiarkan kita berkubang dalam kesusahan dan, bahkan, terasa semakin menjauhkan kita dari keberhasilan.

Perasaan di atas dialami banyak orang. Sebenarnya, mereka salah menilai dan sangat subyektif. Kesimpulan di atas sangat bertentangan dengan sifat-sifat Allah. Mereka sering dan selalu mempertanyakan sumbangan Allah padanya, tanpa mengkaji apa yang telah mereka lakukan untuk Allah.

Manusia seringkali mengaku tidak punya apa-apa dalam urusan agama. Sebaliknya, mereka berusaha menampilkan diri sebagai orang yang serba ada dalam kehidupan dunia.
Sikap tidak jujur sangat kentara dalam kehidupan beragama. Seseorang dengan enteng mengaku belum mampu pergi menunaikan ibadah haji, padahal dia sudah lebih dari mampu atau sering bepergian dengan biaya yang lebih mahal. Banyak yang mengaku tidak sempat beribadah dengan khusyu’, padahal dia membuang banyak waktu untuk perbuatan tak bermanfaat. Banyak orang merasa tidak bisa menolong orang lain, sedangkan semua tahu dia mampu melakukannya.

Kalau kita mau jujur pada Allah dan mau melakukan ajaran agama-Nya dengan ikhlas, maka Dia akan membalasnya jauh lebih baik dari apa yang kita kerjakan. Kita akan mendapatkan berbagai fasilitas khusus yang tidak diberikan-Nya kepada orang lain. Dalam sebuah hadis Nabi saw. dikatakan :

(Perlakuan)-Ku sesuai dengan dugaan hamba-Ku. Aku bersamanya apabila ia menyebut (nama)-Ku. Bila ia menyebut-Ku di dalam hatinya, Aku menyebutnya di dalam diri-Ku. Bila ia menyebutkan di hadapan khalayak, Aku menyebutnya di depan khalayak yang lebih baik dari khalayak itu. Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan perlahan, Aku datang kepadanya dengan berjalan cepat (berlari). (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibn Majah).

Kejujuran pada Allah, yang terlihat dalam ketaatan menjalankan perintah-Nya, akan mendatangkan ketentraman jiwa dan kesunyian dari masalah-masalah duniawi. Allah akan memperlakukan dengan sepantasnya orang-orang yang ingin berdekat-dekat dengan-Nya.
Bagi kita yang sering berbohong kepada Allah, karena menganggap Allah seperti manusia yang bisa ditipu, Allah membukakan pintu tobat-Nya. Masih sangat terbuka kesempatan untuk mulai berjujur-jujur dengan Allah. Tidaklah terlambat untuk berubah di hari ini. Bahkan, Allah sangat gembira dengan pertobatan kita. Dalam sebuah hadis disebutkan

Kembalinya (tobatnya) seseorang ke haribaan-Nya menjadikan Allah bergembira melebihi kegembiraan seorang yang telah berputus asa mendapatkan kembali unta yang membawa perbekalannya pada saat ia berada di tengah padang pasir, kemudian dengan serta-merta untanya datang sehingga karena kegembiraannya dia berucap, “Wahai Tuhan, Engkaulah Hambaku dan Aku Tuhan-Mu”. (HR. Muslim, melalui Anas bin Malik).

Allah tidak ingin diduakan dengan yang lain. Dia tidak ingin dimadu dalam pengabdian dan permintaan. Kepadanya menyembah dan kepadanya meminta pertolongan.
Jika tidak jujur, jangan salahkan Allah jika Ia tidak mempedulikan masalah kita. Jangan salahkan Allah melupakan nasib kita, karena Dia sangat mengetahui kita adalah orang-orang seringkali melupakannya, terutama dalam keadaan senang atau mendapat nikmat.

Sumber : Hikmah Republika

Tidak ada komentar: