Prosedur Doa



PROSEDUR PERMOHONAN

Oleh Dr. Zulheldi, M.Ag. 

 

Seorang ketua pengurus sebuah masjid MARAH-MARAH di kantor gubernur. Pasalnya, sang ketua yang sedang mengurus bantuan untuk masjidnya itu MERASA DIPERSULIT, BAHKAN DIPERMAINKAN oleh petugas yang melayaninya.

Kisah ini berawal dari pengumuman gubernur di awal tahun bahwa semua masjid yang ada di provinsinya akan dibantu pembangunannya sekitar 5 sampai 25 juta rupiah. Untuk itu, setiap pengurus masjid DIANJURKAN MENGAJUKAN PERMOHONAN.

Mendengar pengumuman ini, dengan sangat antusias, beberapa orang pengurus masjid di atas langsung mendatangi kantor gubernur guna mendapatkan bantuan dimaksud. Sesampai di sana, mereka hanya diberi informasi bahwa pengurusan program ini baru DIMULAI BULAN DEPAN.

Sebulan kemudian mereka datang lagi untuk maksud yang sama. Kali ini mereka juga belum berhasil karena pengajuan bantuan itu harus DALAM BENTUK SEBUAH PROPOSAL. Setelah proposal pembangunan selesai dibuat, mereka datang lagi. Sama seperti kedatangan sebelum, masih belum berhasil. Kali ini disebabkan karena proposal yang diajukan harus DIKETAHUI OLEH LURAH DAN CAMAT setempat.

Setelah mendapatkan tanda tangan lurah dan camat, ketua masjid datang lagi dengan mata berbinar karena yakin kali ini akan berhasil. Kali ini, dia hanya datang sendiri karena rekan pengurus lain sudah mulai pesimis. Benar saja, proposal yang diajukan ini masih harus diperbaiki kembali karena menurut ketentuan terakhir bahwa total bantuan yang diajukan HARUS PAS 15 JUTA rupiah, tidak boleh lebih atau kurang.

Inilah yang membuat sang ketua marah besar, apalagi setelah dia tidak bisa langsung menemui gubernur karena ada tugas ke Jakarta. Dengan mara ia berkata, "Ada apa dengan Bapak-bapak ini? Apa kalian semua ini memang berniat membantu masjid kami atau HANYA INGIN MEMPERMAINKAN? Kalau memang dana yang diperuntukkan untuk membantu masjid itu ada, cepatlah diberikan! Bukankah dalam pengumuman Pak Gubernur dikatakan bahwa bantuan tersebut sudah disediakan atau dianggarkan dalam APBD."

Dengan tenang dan sabar, para petugas yang terkait bantuan ini menjelaskan, "Kami bukannya ingin menahan pemberian bantuan itu, apalagi berniat mempermainkan pengurus masjid seperti Bapak ini. Hanya saja, pencairan bantuan ini HARUS SESUAI DENGAN PROSEDUR yang telah ditetapkan, baik waktu, format proposal, pihak-pihak yang dilibatkan, total bantuan yang diajukan, legalitas pengurus, dan sebagainya. Karena itu, mohon Bapak ikuti semuanya dengan sabar dan yakinlah bahwa masjid Bapak akan mendapatkannya jika telah memenuhi semua persyaratan."

Beginilah sebuah permintaan. Mengurus bantuan pada gubernur saja tidak bisa tuntas dengan sekali atau dua kali datang. Kenapa di antara kita ada yang LANGSUNG BERHENTI BERDOA dan kecewa, bahkan marah pada Allah setelah beberapa kali doanya tidak dikabulkan? Apakah Allah tidak berhak menetapkan berbagai syarat seperti gubernur ini? Apakah Allah lebih jelek menejemennya dibanding Pak Gubernur?

Allah itu Maha Kaya. Dia tidak pelit, tidak bangkrut, sangat memiliki rasa kasihan (bukan tegaan), dan tidak sedang membohongi hamba-Nya. Sangat benar bahwa Allah telah menyiapkan "anggaran maha besar" untuk membantu kita. Hanya saja, keberhasilan pencairan pertolongan Allah itu sangat tergantung pada SEBERAPA LAYAK KITA DAN PROPOSAL yang diajukan. 

Wallahu a'lam bish shawab.

Standar rezeki



STANDARISASI REZEKI


Seorang pemulung terheran-heran berdiri di sebuah rumah besar nan megah yang telah ditinggal pemiliknya. Rumah yang baru selesai beberapa bulan lalu itu sedang disengketakan oleh suami istri dalam proses perceraian. Pemulung itu bingung, kenapa rumah semegah ini tidak dapat meredam keinginan pemiliknya untuk memutuskan tali pernikahan yang telah lama dijalani.

Setahunya, tidak ada yang kurang dengan keluarga ini. Mereka sangat berkecukupan. Punya beberapa rumah, mobil-mobil mereka berbandrol mahal, memiliki sepasang anak-anak yang cantik dan gagah, punya karir suami-istri dengan pendapatan besar, dan sebagainya. Tapi, entah kenapa, sepertinya mereka tidak pernah sepi dari masalah. Sang pengemis yang sangat mengidamkan kehidupan seperti ini sering membayangkan betapa bahagianya jika dia dan keluarganya tinggal di rumah semegah ini.

Itulah kehidupan. Kita seringkali salah menyimpulkannya. Banyak yang menduga bahwa materi sebagai kunci kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Itulah sebabnya mereka memburu materi dengan segenap kemampuan, kekuatan, keahlian, bahkan kelicikan yang dimilikinya. Semuanya mengaburkan batas halal haram dan diridhai atau tidak oleh Allah. Meraka kalap, membabi buta. Dapat satu ingin dua, dua ingin empat, empat ingin enam belas dan seterusnya. Apa yang telah dimilikinya makin tak berharga, sementara apa yang belum di genggaman jadi impian dan obsesi sepanjang hari.

Masih ingat doa makan? Insya Allah, ya. Terutama bagi yang selalu membacanya sebelum makan. Atau, ada yang langsung makan saja tanpa baca doa? Baiklah. Doa itu berbunyi, "Allâhumma bâriklanâ fîmâ razaqtanâ waqinâ 'azâban nâr" (Ya Allah. Berkahi apa-apa yang telah engkau berikan pada kami dan jauhkanlah kami dari azab neraka). Doa ini memang pendek, namun sesungguhnya memiliki kandungan teramat besar dan berisi tuntunan eksak bagi kita dalam memperjuangkan hidup ini, khususnya mencari rezeki.

Berkah atau barakah dan penyelamatan dari api neraka adalah standar rezeki Ilahi. Berkah itu sendiri adalah substansi (hakikat) rezeki. Berkah inilah yang memberikan kepuasan sesungguhnya dan menyampaikan pada tujuan mencari rezeki yang sebenarnya. Ibarat tebu, berkah adalah air tebu itu sendiri. Seseorang mengambil tebu bukan untuk memiliki batangnya, apalagi ampasnya. Nilai tebu ditakar dari kuantitas dan kualitas airnya, bukan batang atau ampasnya. Rezeki tanpa berkah ibarat orang yang hanya mengunyah ampas tebu. Dia tidak akan dapat manisnya, tapi hanya sampah yang malah bikin sakit gigi, batuk, bahkan mungkin ada yang akan menyebutnya kurang akal.

Berkah itu anugerah Allah. Dia memberikannya pada hamba yang dikehendaki-Nya. Berkah tidak bisa dibeli dengan uang. Berkah didapatkan dengan keyakinan dan niat yang lurus pada Allah, ikhtiar dan upaya maksimal yang mengindahkan aturan-Nya, kerelaan menerima dan bersyukur atas semua pemberian-Nya, serta memakai atau membelanjakan menurut kehendak-Nya.

Pada giliran berikutnya, rezeki mesti menghindarkan seseorang dari bakaran neraka. Jika ada orang yang semakin murah rezekinya, tapi dia makin gampang melakukan dosa (tidak, jarang atau malas shalat, mudah berburuk sangka pada Allah, gampang memfitnah, doyan berzina, menikmati derita orang lain, makin rakus pada harta batil, dan sebagainya), yakinlah bahwa ada masalah serius dengan rezekinya selama ini. Berhentilah mencari rezeki dengan cara selama ini dan pindah ke cara lain yang diridhai-Nya.

Makanya, biasakan kembali membaca doa sebelum makan. Begitu juga dengan doa-doa lain yang diajarkan Nabi. Pelajari dan camkan maknanya. Semua itu bukan hanya pelajaran anak-anak TPA/TPQ, SD/Mi, atau TK/RA. Warisan Nabi itu adalah untuk kita semua. Wallâhu a'lam bish shawâb.

Sukses Ganda


KESUKSESAN BERGANDA

Umumnya kita akan SANGAT MENYAYANGKAN jika ada seorang mahasiswa yang tidak mengambil kesempatan tawaran pekerjaan sambil kuliah. Pasalnya, dengan bekerja sambil kuliah, dia akan BERKESEMPATAN MENDAPATKAN KESUKSESAN GANDA. Perkualiahan akan tetap jalan dan mungkin lebih sukses, karena pekerjaan tidak menggangu kuliah secara signifikan, dia akan mendapatkan pengalaman dan pembelajaran ril dalam dunia usaha, dia mungkin akan punya penghasilan sendiri, dia lebih disiplin, hemat sehat, dan sebagainya. 

Bahkan, setelah melihat deretan manfaat ini, sangat mungkin di antara kita tanpa ragu akan bilang, "Mahasiswa ini bodoh sekali. MEMBUANG KESEMPATAN MERAUP SUKSES BESAR."

Tanpa disadari, kita sering menempatkan diri pada posisi mahasiswa ini. Tidak jarang kita MENOLAK TAWARAN ALLAH UNTUK MENDAPATKAN SUKSES BERGANDA. Ada yang tidak menggubris "tawaran" Allah untuk SHALAT. 

Setidaknya, banyak yang tidak menjalankan dengan sepenuh hati. Padahal, shalat menawarkan bonus amat besar (pahala) yang bisa dinikmati sejak sekarang. Shalat dapat menentramkan batin, sesuatu yang sangat diidamkan semua manusia sekarang ini. Shalat menahan manusia berbuat keliru dan salah, satu hal yang menjadi pokok pangkal bencana hidup. Shalat dapat mendisiplin diri dan mendatangkan kesehatan jasmani, sebagaimana hasil penelitian para pakar modern. 

Begitu juga dengan PUASA yang menawarkan pahala besar, pengendalian diri dan nafsu, kesehatan jasmani dan rohani, ketahanan ekonomi, dan sebagainya. Hal yang sama juga ada pada SEDEKAH yang dapat menghilang kerakusan, melipatkangandakan rezeki, memudahkan terkabulnya doa, dan sebagainya. Juga dan juga ajaran Islam lainnya.

Melihat sikap kita yang terus enggan mengambil "tawaran" ini, kira-kira BAGAIMANA PENDAPAT MALAIKAT TENTANG KITA? Apa mereka akan bilang kita manusia modern yang hidup efisien? Atau sama dengan cap kita pada mahasiswa tadi, manusia bodoh? Hanya malaikat yang pas menjawabnya.