Dakwah Go Internasional


DAKWAH GO INTERNASIONAL

Oleh: Dr. Zulheldi Hamzah, M.Ag.

Peristiwa serangan 9 September 2001 yang meluluhlantakkan menara kembar World Trade Center di New York dan sebagaian markas Pentagon telah menjadi titik kulminasi gerakan pencitraan negatif terhadap Islam. Sekalipun Islamofobia telah menancap kuat di hati sebagian masyarakat Barat sejak Abad Pertengahan, namun tragedi di atas semakin “meyakinkan” Barat bahwa Islam adalah agamanya kaum teroris.

Akibatnya, banyak umat Islam yang mengeluhkan banyak diskriminasi yang diberlakukan non-Muslim terhadap Islam dan penganutnya. Dalam beberapa kasus keimigrasian, misalnya, perlakuan yang “berbeda” acapkali diterima seorang Muslim hanya karena status keislamannya. Tidak sedikit Muslim yang gagal menembus “ketatnya” standar sekuritas bandara sebagian negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Begitu juga dengan banyaknya Muslim tak berdosa yang ditahan dan disiksa tanpa alasan yang jelas.

Keterbatasan Informasi

Umat Islam tidak seharusnya terburu-buru menyalahkan negara Barat yang over-protecting terhadap keselamatan warganya. Sebenarnya reaksi “wajar” karena, berdasarkan berbagai informasi dan “dakwah” yang sampai kepada mereka, Islam dan Muslim merupakan bahaya besar. Sangat banyak keterbatasan, bahkan pemutarbalikan, informasi yang dikonsumsi masyarakat Barat sehari-hari tentang Islam. Tidak sedikit non-Muslim di dunia ini yang memahami Islam dari sumber yang salah karena keterbatasan mereka mengakses sumber Islam yang benar.

Sebagai bukti, beberapa waktu yang lalu, Selasa (26/6), Sarah Malik, seorang aktivis Jaringan Advokasi Hak-hak Sipil Muslim Australia, mengungkapkan bahwa selama ini warga Australia sangat kekurangan informasi tentang perkembangan dan karakter Islam di Indonesia. Selama ini, mereka hanya mengetahui informasi tentang Muslim Indonesia dari media Barat. Akibatnya, di mata publik Australia, Islam Indonesia umumnya dipersepsikan sebagai Islam yang radikal dan represif. Banyaknya kasus bom di Indonesia dan penangkapan para tersangka teroris yang teridentifikasi sebagai Muslim Indonesia merupakan “fakta” yang digunakan untuk membenarkan citra ini. Termasuk pemberlakuan hukum syari’ah di Aceh yang dimaknai sebagai keinginan menerapkan syari’ah Islam di Indonesia secara institusional.

Tidak sedikit kasus sejenis terjadi di tempat lain, terutama negara-negara Barat. Persoalannya, kenapa Barat yang lebih aktif dan banyak “mendakwahkan” Islam kepada dunia? Apakah perbedaan agama dan kultur membuat umat Islam merasa tidak berkewajiban menyampaikan informasi yang benar tentang Islam kepada seluruh penghuni bumi ini? Satu hal yang pasti, ketidakmampuan dakwah Islam menembus sekat-sekat agama, budaya dan bangsa telah menciptakan titik kristis misunderstanding terhadap Islam.

Dakwah Lintas Batas

Untuk menghapus citra negatif di atas, umat Islam harus lebih intens memperkenal diri dan agamanya kepada dunia. Semua orang harus diberitahu bahwa Islam tidaklah seperti kepingan-kepingan informasi yang telah dipaksakan masuk ke otak mereka. Islam adalah agama damai dan sangat care terhadap kemanusiaan. Fenomena keberagamaan Islam yang sesungguhnya secara konsep dan realitas harus menjadi isu penting yang terus digelorakan ke seluruh penjuru dunia untuk melabrak stigmatisasi Islam sebagai agama horor.

Suatu keharusan bagi umat Islam untuk menguasai teknologi terbaru guna mengkomunikasikan semua fakta Islam kepada dunia. Dakwah Islam harus bisa bergerak seayun dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Internet, salah satu teknologi terbaru yang banyak dipakai berbagai kalangan, harus bisa dioptimalkan untuk menjelaskan kebenaran Islam. Dakwah Islam yang selama ini lebih dominan disampaikan melalui lisan dan tulisan di dunia nyata harus diperkuat dan diperlebar melalui mimbar maya.

Internet bisa diefektifkan sebagai kendaraan alternatif dalam dakwah kontemporer. Weblog, cara baru di era internet, bisa dipakai untuk mengekspresikan segala ide, masalah, informasi dan segala bentuk apresiasi terhadap kemolekan Islam. Umat Islam harus pandai memanfaatkan geliat sebagian masyarakat Barat yang mulai tertarik pada Islam dengan makin maraknya diskusi tentang keislaman. Ketertarikan mereka itu tentunya bisa lebih dikukuhkan dengan informasi akurat tentang Islam. Umat Islam harus meluruskan segala salah paham dengan menyebarluaskan nilai dan ajaran Islam yang benar melalui dakwah, baik di podium, media cetak, maupun internet.

Satu hal pokok, menginformasikan ajaran Islam secara akurat dan bijak tentu akan lebih menarik daripada dengan cara-cara kasar dan kekerasan. Para pendakwah hari ini sangat dituntut untuk bisa merealisasikan sebuah nasihat bijaksana bahwa kemampuan menyajikan secara baik dan tepat tidak kalah pentingnya dengan apa yang disajikan. Kekerasan atas nama dakwah Islam hanyalah akan semakin mencoreng citra Islam dan membuat non-Muslim tambah menjauhinya.